SAD ENDING LOVE
Dia memang biasa saja. . .
Namun bagiku dia lebih dari istimewah . . .
Mungkin tak ada yang menarik darinya . . .
Namum bagiku dia sangat luar biasa . . .
Ku luangkan untuk menulis kata – kata itu pada saat pelajaran kosong sebelum akhirnya ber istirahat di bunyikan, Teet . . . teet . . .
Anak – anak berhamburan keluar kelas. Ada yag pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang meronta kelaparan, ada yang pergi ke WC untuk mencuci tangan, dan ada yang sekedar duduk – duduk di halaman untuk mengibril melepas kepenatan.
Aku memilih pergi ke Perpustakaan untuk mengembalikan buku yang pernah ku pinjam tempo lalu. Ku rapikan pakaianku agar terlihat sempurna. Karena, sebelum sampai di perpustakaan aku harus melewati kelas 8A. Aku berharap semoga hari ini aku bertemu dia. Seorang laki – laki tinggi kurus yang membuat jantung berdebar sangat kencang keika aku menatapnya, yang membuat otakku tak pernah berhenti memikirkannya. Ku akui aku mengaguminya sejak lama.
Sikapnya begitu lembut dan baik hati. Tapi sayang, aku tidak dekat dengannya, jangankan dekat, namanya pun aku tidak tahu.
Aku menyusuri sepanjang jalan menuju perpustakaan sekolah. Saat aku melewati kelas 8A aku pun mengurungkan niatku untuk memastikan keberadaannya. Aku terlalu malu untuk menatapnya. Ku tundukan kepala saat melewati segerombolan anak laki – laki yang tengah duduk di pinggir kolam ikan. Selalu begini, entah mengapa aku sangat berat untuk menegakkan posisi kepalaku saat berjalan di depan laki – laki. Aku merasa ada sepasang mata yabg memperhatikanku, tapi aku tak menghiraukannya, mungkin ini hanya perasaanku saja, aku tetap berjalan dan terus berjalan.
Sepulang dari sekolah ku rebahkan tubuhku di atas tempat tidur, UuuHh . . . lelah sekali.
Setelah beberapa saat beristirahat, akau meraba meja dan meraih sebuah leptop yang dibelikan Ayahku beberapa minggu lalu. Ku ketik Email dan kata sandi untuk masuk ke akun Facebook. Aku masuk ke profile dan menulis setatus :
‘capek banget’. Sebuah Facebook dengan nama Profile “Amrul Ajha” mengomentari setatusku : ‘Terus Gue Harus Bilang “WAOW” gitu sama loe’
Ku balas komentarnya : ‘Enggak juga’
Dia balik kementernya : ‘ Hmm . . . Rem, ku minta nomer kamu
Komentarku : ‘38’
Komentarnya : ‘maksud aku nomer hp’
Ku abaikan komentarnya, ku klik log out dan ku matikan leptop. Ku rabahkan kembali tubuh ini ke tempat tidur Tiba – tiba...
Dengan ramah dia menawarkan tempat duduk kosong di sampingnya dalam sebuah bus. Walau canggung, tapi akhirnya aku terima juga tawaranya. Dia bersenyum padaku. AiihH, betapa manisnya senyum itu. Ajaib sekali rasanya. Bagaimana bisa dia bisa bersenyum padaku ? dan yang lebih di luar dugaan adalah aku bisa duduk di sampingnya. Di pun mengeluarkan tangan kananya dan hampir saja menyebutkan namanya. Tetapi, semua berakhir begitu saja.
“Remaa, udah sore cepet bangun!” Seruan mama mengagetkanku
“YaaaHh, Cuma mimpi”, keluhku
“Emangnya kamu mimpi apa?’ mama mendekatiku
“AaHh gara – gara mama sih!” jawabku kesal
“Loh kok mam yang disalahin”. Mama mengerutkan keningya
“Ah udahlah, Rema mau mandi” Aku beranjah dari tempat tidur dan meraih handup berwarna merah muda dengan gambar bunga mawar pada bagian pojoknya.
Dengan tidak bersemangat, akau berjalan ke kamar mandi. Otakku terus saja memikirkan mimpi itu, setidaknya, walau dalam mimpi kan aku bisa berkenalan dengan dia, tapi malah mama membangunkanku. Ingi ku lanjutkan mimpi itu tapi tidak mungkin.
Konyil sekali, sudahlah lagi pula aku tidak bisa menyalahkan mama karena ini memang bukan salah mama Byur . . . segar sekali. Aku membersihkan bandanku selama beberapa waktu.
Seperti biasa aku melakukan rutinitasku pada malam hari Belajar, Mengerjakan PR dan tidur. Sebelum tidur aku raih leptopku dan aku buka akun Facebook ku, ada sembilan pesan masuk diantaranya :
- Orlando Kristianto : Hai.......
- Muhammad Sekar : Boleh kenalan nggak?
- Rafiek Aziz : hay Rem?
- Rizal Aziz : Woyo..?
- Didinz Arsa Wijaya : Malem?
- Amrul Ajha : Rem, ku minta nomer kamu si?
Lagi – lagi “Amrul Ajha” minta nomer hp ku. Tak ada satu pun pesan yang ku balas. Aku klik beranda dan menyukai beberapa status yang dibuat teman Facebok ku. Setelah itu ku matikan laptop, dan tidur.
Hoambbt . . . pagi yang cerah, namun kelihatannya tidak terlalu segar. Ku lirik jam beker merah muda berbentuk strawberry di sebelah ranjangku, Pukul 06.00. mataku terbelola dengan gugup aku bersiap mandi dan berangkat sekolah.
“ Mah, Rema berangkat dulu”, kucium tangan mamaku dengan lembut.
“ Hati – hati sayang”, balas mama sambil mengusap kepalaku.
“Iya”, jawabku singkat. “Nanti pulang sendiri saja, papa gak bisa jemput. Jangan lupa topi sama hasduknya dibawa. Sekalian bawa payung buat jaga – jaga. Jangan sampai telat makan siang, gak usah jajan ice sama yang pedas – pedas”, mama berkata panjang lebar. Ini adalah rutinitas mam sebelum aku berangkat sekolah. Tapi aku tak pernah bosan mendengarkannya, karna bagiku, ini adalah wujud cinta mama kepadaku. Aku pun berlalu dari rumah dengan sejuta keceriaan yang selalu tercipta di tengah – tengah keharmonisan keluargaku.
Waktu menunjukan pukul 06.30. aku tetap berdiri menunggu kehadiran angkot berwarna hijau yang siap membawaku ke depan Samsat. Setelah sampai di Samsat, aku harus naik kendaraan lagi untuk sampai di sekolah tercinta. Seorang ibu – ibu yang membawa keranjang sayur berdiri disebelahku. Aku melemparkan senyumku yang paling ramah khusus untuk ibu iut. Sang ibu pun membalas senyumku dengan ramah pula.
“Sekolah dimana de?” tanyanya tiba – tiba. Dengan bangga aku jawab “di MTS N 1 Banjarnegara”. “OwH” jawabnya lagi sambil manggut – manggut.
Sebuah angkot hijau berhenti didepanku. Aku hendak masuk. Namun tempat duduknya tinggal tersisa untuk satu orang. Aku mengalah, ku persilahkan ibu itu untuk naik duluan.
Tik . . .tik . . .tik . . .
Jam tanganku terus berjalan. Waktu menunjukan pukul 06.39. Sebuah angkot hijau lewat namun tak mau berhenti, rupanya sudah penuh. angkot hijau lain lewat dan aku berharap angkot itu mau berhenti. angkot itu terus mendekat dan bablas. Aku hampir menangis, tak ingi aku terlambat lagi ke sekolah. Tiba – tiba sebuah angkot hijau lewat dan alhamdulillah berhenti di depanku.
Waktu menunjukan pukul 07.08 ketika aku sampai di gerbang sekolah. Masih ada waktu dua menit lagi sebelum tadarus selesai.
Entah berapa lama ku harus menunggu, menanti dirimu. Ingin ku ungkapkan perasaan ini, kasihku coba dengarkan, kau yang aku mau, kau yang selalu aku rindu. Disetiap langkahku, kau yang ada direlungku, tak teras 4 bulan telah berlalu. Tak dapat di pungkiri bahwa ternyata hatiku masih menyimpan namanya. Ku cuba buang jauh – jauh semua tentang dia ketika ku sadari bahwa engkau sama sekali tidak mengenalku apa lagi memahami perasaanku. Namun, melupakannya ternyata tak semudah mengedipkan kelopak mata. Perasaan yang ku alami saat ini sama seperti saat ku temui cinta pertamaku. Bahkan lebih dahsyat dari itu.
Kepalaku penuh dengan teka – teki. Hati ini terus bertanya, Apa sebenarnya yang kurasakan padanya? Apakah telah tumbuh benih – benih cinta yang lebih dari rasa kekaguman semata? Entahlah. Namun jika benar Ya Allah, aku takut kalau perasaan cintaku padanya akan membuat hatiku kembali terluka seperti saat aku mencintai cinta pertamaku pada masa lalu. Akankah cinta ini menciptakan sayatan luka baru diatas luka lama? Seera ku tepis jauh semua bayangan mengerikan itu ku coba berfikir lebih jernih dan tenang.
“Hore . . . Bali GASIK!” teriak teman – teman ku ketika mendengar pengumuman akan pulang sekolah lebih awal.
“Zie, online yuk?”, Ajakan pada sang sahabat
“Dimana”
“Di Blink depan SMA aja lah”
“Ayo”
Aku menyeberangi jalan raya, menaiki mikro bersama Zizah, dan sempai tujuan.
“Ada yang kosong nggak, mas?” Tangyaku pada penjaga warnet
“Khusus buat mba ada donk, Bilik 1,4,7,9 kosong. Silahkan nona mau pilih yang mana”
“oh, makasih” Aku masuk di bilik satu dan Zizah dibilik sembilan.
Hanya ada sebelas teman di obrolan, satu pesan masuk dari ‘Amrul Ajha’
“Rem, aku minta nomer kamu”
Ya ampun, lagi – lagi orang ini.
“38” Jawabku” Lah wong nomer hp koh”
“Buat apa lah”
“Ye buat sms.an ka”
“Lah ku nggak hafal we”
“BOB lah, masa nomer sendiri nggak hafal”
“Ya nggak papa ka”
“ini nomerku : 08911122333. Ntar kamu sms lo, udah dulu ku mau jum’atan”
Sebenarnya malas, tapi akhirnya ku kirim pesan juga untuk nomor orang aneh tadi.
“Ada apa?”
Sent ...
“Gak papa”
“Owh”
“Uweleh Juteknya”
“Ya”
“Kamu lagi apa, rem?”
“Lagi nunggu angkot”
“Sama siapa?”
“Sedirian”
“Gak ditemenin pacar ?”
“Gak”
“Oh, udah maem?”
“Belum”
“Ya makan sana”
Tak ku balas lagi sms nya setelah sampai di raumah, aku langsung tertirdur pulas selama beberapa jam.
Sekian lama kujaga perasaan ini. Aku yang selalu menantiny, menanti kehadiran pengeranku. Pangeran pujaanku yang membawa cinta dengan seratus ketulusan. Yang membawa kasih dengan seribu keindahan. Yang membawa rindu deng a sejuta keanggunan.
Ku tulis kalimat itu di selarik kertas bergambar boneka dengan warna faforik ku “merah muda”
Ponselku bergetar. Satu pesan masuk dari nomer yang kemarin ku kirimi pesan.
“Rema”
Angaknya aku penasaran, lalu ku balas :
“Kamu siapa si?”
“Anrul Ajha”
“Ow, nggak kenal we”
“ye kenalan dulu dong”
Iiihh . . . aku agak ilfeel dengan orang ini,
“SKSD banget si loe”
“Hmm... pa iya lah”
Sms terus berlanjut hingga aku tahu kalau dia ternyata satu sekolah dengan aku. Walau belum ku ketahui persisi dia kelas apa dan berapa. Hal itu cukup membuatku penasaran, hingga akhirnya . . .
“Zie, kamu tahu anak MTs yang nama Amrul nggak?”
Tanyaku suatu ketika pada temanku
“Amrul??” jawabnya seraya mengerutkan kening
“Iya Amrul, kamu tahu ngga?”
“Ooo, Amrul kelas 8a” Jawabnya lagi
“Ha, 8a? Ciri – cirinya gimana?”
Amrul 8a yang tinggi kurus itu lo, masa kamu nggak tau sih?”
Jawabnya sangat membuat aku terkejut ketika Zozah menyebutkan ciri – cirinya. Hampir saja nafasku tercekat dan jantungku berdetak begitu cepat tak beraturan.
Jangan – jangan . . .
Ah tidak mungkin. . .
Tapi siapa saja lagi kalau bukan dia?
Cowok tinggi kurus nggak Cuma satu kalee. . .
Tai dia kelas 8a juga,
Ah . . kalo mimpi jangan ketinggian, jatuhnya sakik lo...
Semua kalimat itu terus berkelebet di otakku,
Yang penuh teka – teki akan semua yang terjadi,
Semuanya membuat aku bingung, dan pusing....
‘A Leader. Ku baca judul buku yang terpampang pada sebuah etalase di ruang keluarga.
“itu buku baru, rem. Papa yang beli tadi”, kata mama yang kebetulan lewat didepanku
“Papa emang pengertian udah beli buku itu buat kamu. Jangan disia – siain. Harus di baca bukunya sampai selesai. Jangan Cuma di baca doang, tapi juga dipelajari. Jadi, kalo nanti kamu jadi pemimpin nggak bingung”
Akau hanya meninggikan kedua alisku dan menganggukkan kepala menanggapi ucapan mama yang panjang lebar dan sepertinya dari dulu sangat terobsesi dengan urusan kepemimpinan.
Tak ada minat sedikitpun untuk membaca buku itu. Hanya ku bolak – balik halaman demi halaman buku. Pikiranku melayang dan selalu tertuju pada sosok sang pujaan. Aku terdiam beberapa saat, lamunanku terhenti saat ponselku bergetar, ada empat pesan masuk tigas pesan dari nomer yang tidak di kenal, dan satu pesan dari, siapa lagi kalai bukan Amrul.
“Rema”
“Dalem”
“lagi Apa?”
“Duduk aja, kamu si?”
“Sama siapa? Duduk juga”
“Sendirian”
“Tak temenin ya?”
“Gak usah”
“Kenapa Si?”
“Gak papa”
“Udah maem”
“Belum, Kamu si?”
“Ya maem sana, belum juga”
“Ntar lah, Oh”
“Aku mau tanya”
“Apa”
“Kamu apa Amrul kelas 8a?”
“He.eh”
“Owh”
Pikiranku terus saja berputar sejuta pertanyaan mengelilingi benakku. Namun tak satupun jawab ku temukan.
“Zie, aku ka tetep gak paham yang namanya Amrul Sih?”
Sent. . . satu pesan sudah ku kirim ke Zizah.
“Ya besok tak kasih liat” Jawab Zizah
Keesokan harinya. . . .
“Nah, itu yang namanya Amrul”
“Yang mana, Zie?”
“Itu yang lagi duduk di depan kelas”
“Sebelah mana?”
“Itu yang paling pinggir, yang duduk di samping papan mading”
“Ha, yang disaping papan mading? Masa sih dia orangnya?
“Iya benar, itu Amrul. Kenapa si dari kemarin nanyain dia terus?Naksir ya??”
“Ah enggak kok. Cuma penasaran aja”
Seketika jantungku berdetak begitu cepat. Nafasku tercekat. Aku setengah percaya setengah tidak dengan yang aku alami saat ini. Benarkah dia? Rasanya seperti mimpi. Tapi ini kenyataan. Hatiku sangat terkejut namun girang. Betapa tidak, ternyata yang selama ini selalu mengirim pesan di ponselku adalah pujaan hatiku. Ya Allah, sungguh diluar dugaan.
“Matahari menyinari bumi supaya tidak gelap. Begitu juga dengan hatiku yang menyinari hatimu. Bunga mawar yang indah itu seperti wajahmu yang cantik bagaikan bidadari yang berjilbab”
Senyum melintang di bibirku tak kala kubaca pesan itu, dari Amrul
“Ku selalu menatapmu, ku selalu memikirkanmu. Dan disaat ku sendiri memikirkanmu seorang, terbayang wajah indah mempesonamu. Ingin ku ukir namamu di hatiku”
Ku klik konsep dan ku simpan dua pesan tadi.
Aku sangat bahagia
Ponsel bergetar lagi, satu pesan dari sang pujaan hati
“Rema”
“Dalem”
“Aku Cinta Kamu”
Waw, aku sangat terkejut. Apakah kalimat itu hanya dari mulut saja, atau murni dari hati??? Aku benar – benar seperti mimpi
“Sejak kapan?” Ku balas pesanya dengan tenang dan tetap bersikap jaim
“Sejak Dulu Pas Persami”
“Owh” ku tetap menjaga sikap dengan dia walaupun sebenarnya perasaan ini sangat tegang bercampur bahagia.
“Kamu mau nggak jadi pacar aku?”
Sungguh aku tak menyangka dia akan berkata sejauh ini. Namun tak dapat dipungkiri kalau hatiku tengah dilanda kebahagiaan yang tak terhingga.
“Kalau kamu beneran cinta aku, kamu pasti berani ngomong langsung” Aku menantangnya
“Okey, aku akan buktiin”.
Hari minggu, setelah selesai persami Amrul menjemputku. Deg.....deg.....deg... suara jantungku begitu kencang saat kudapati benar benar sudah didepanku. Ini untuk yang pertama kalinya aku bertatap muka dengannya. Setelah melalui beberapa percakapan, tiba-tiba.
“Em, gimana?” tanyanya sembari memandangku.
Aku sempat melihat sinar matanya. Sinar mata yang terasa begitu indah bagiku namun tak dapat kubaca makna dari sorotan matanya.
“Gimana apanya?” jawabanku sedikit gugup.
“Kamu mau jadi pacar aku?”
Bulu kudukku terasa berdiri nafasku tercekat.
Perasaanku begitu sangat gugup, aku sempat kehabisan kata-kata tak tau harus menjawab apa dan bagaimana. Berjam-jam dia menunggu jawaban dariku.
“Rem gimana? Kamu mau jadi pacar aku kan? Aku cinta sama Rema.
Aku bertambah gugup namun tetap bisa menguasai keadaan.
Dua kalimat yang harus kupilih salah satu sebagai jawaban antara Ya dan Tidak. Akku merasa sangat mencintainya, namun aku tidak mau gegabah dan perlu berfikir 1000 kali untuk mengambil keputusan. Hingga akhirnya sebuah jwaban muncul dari mulutku
“Iya”
Kulirik sesaat wajahnya yang tampaknya berseri-seri. Semoga aku tidak salah dalam mengambil keputusan.
Hari itu aku sangat bahagia. Setelah begitu lama aku menunggu, kini dia telah benar-benar jadi milikku.
“Berarti sekarang kita udah pacaran ya?” katanya
Aku hanya sedikit tersenyum dan genit.
“Aku pinjem bopoin” ia mengulurkan tangan kanannya
“Buat apa?” jawabku seraya mengulurkan bolpoin itu
Kemudian dia menuliskan sesuatu pada sebuah meja didepan tempat duduk kami.
“24-6-2012”
“Aku cinta Rema”
Ia memberikan bolpoinnya kepadaku dan kutuliskan
“Aku cinta Amrul”
Hari itu sangat bahagia. 24 Juni 2012 menjadi hari yang bersejarah dalam hidupku, sedalam samudera telah aku selami, setinggi langit biru telah aku arungi.
Kini ....
Usai sudah segala penantian panjangku
Setelah ku temukan dirimu duhai kekasihku
Hanya dihatimu aku kan selalu mengarungi
Sekarang, besok, besok, besok dan seterusnya adalah hari libur tahun ajaran baru.
Huh .... tidak bisa bertemu dia. Selama lebih dari dua minggu !!!!! Oh My God ..... Tak apa lah ...
Walau raga kita terpisah jauh. Namun hati kita selalu dekat bila kau rindu pejamkan matamu, dan rasakan a...a aaku, kekuatan cinta kita tak kan pernah rapuh terhapus ruang dan waktu, percaya akan kesetiaan ini dan rasakan a....a... aishiteru ...... huooo dan rasakan a....a...aishiteru .... terdengar alunan lagu dari kamar kakakku . Wau ... lagunya cocok sekali dengan susuana hatiku saat ini ...
Ponsel bergetar. Satu pesan masuk dari siapa lagi kalau bukan dari sang kekasih.
“Ade”
“Dalem”
“Ade lagi apa?”
“Tiduran we, mmas si?
“oooowwww.. ma syapa, tiduran juga “
“ sendirian we. La mamas ma siapa?”
“owww. Ma hati ade “.
Bla.....bla....bla... pesan terus berlajut dengan lancar dan menyenangkan, maklum orang lagi kasmaran. Aku mengirim sebuah daftar biodata ke Amrul
Sent...
Satu pesan untuk sang kekasih telah dikirim.
Beberapa menit kemudian, satu pesan balasan masuk.
Biodata :
Nama : M. Amrulloh
TTL : Banjarnegara, 20 Januari 1997
Nama pacar/hts/orang yang disayang : rema
Status hubungan : Berpacaran
Tipe cowok/cewek : baik hati, setia, perhatian
Harapan kamu buat orang yang kamu sayang : tetaplah sayang padaku
“Gantian ade ngisi biodatanya”.
“Iya”
Biodata :
Nama : Rema Sya’baniati Khatijah
TTL : Banjarnegara, 1-12-1998
Nama pacar/hts/orang yang disayang : M. Amrulloh
Status hubungan : Berpacaran
Tipe cowok/cewek : jujur, baik, tulus, setia, ngalim, perhatian
Harapan kamu buat orang yang kamu sayang : jangan kecewakan orang yang mencintai kamu
Biodatanya telah kusimpen di konsep. Selesai
Kubuka kembali konsep pesan dan kebaca-baca pesan pesan dari Amrul yang pernah ku simpan. Pesan yang akan slalu kusimpan.
Kan ku abadikan sebagai kenangan.
Hari-hariku selalu dipenuhi dengan berbalas peasn dengan sang kekasih tercinta. Tida ras bosan sedikitpun yang kurasakan. Dia lembut dia juga terlihat begitu tulus.
Hari ini hari pertama aku masuk sekolah di tahun ajaran baru. Yes, aku akan bertemu dia. Ketika sampai di sekolah, hampir semua penghuni sekolah sekolah gempar mengetahui hubunganku dengan Amrul. Berita tentang hubunganku menyebar hingga ke penjuru, tak apalah.
Biarlah mereka tahu tentang betapa indahnya kisah cintahku dan dia.
Setelah hampir 2 bulan berlaaku, aku merasa ada yang berbeda darinya. Dia tidak seperti dulu. Aku merasa Amrul yang sekarang bukan Amrul yang lembut dan baik hati seperti dulu, Amrul yang sekarang adalah Amrul kasar dan tidak punya perasaan. Mengapa dia berubah????
Jelas tanya besar terlukis diotakku, Sangat sakit ku rasakan. Betapa tidak, dari cara bicaranya, sikapnya begitu kasar dan tidak tertata. Aku benar benar tidak mengerti, apa yang terjadi dengannya???
Namun dia bukan yang dulu, hal itu tak menyurutkan rasa cintaku padanya. Mungkin aku telah terlanjur mencintainya. Namun tak dapat dipungkiri, sebagai wanita, aku sangat sulit menerima perlakuan yang berubah 1800 namun aku tetap sabar menghadapi dirinya.
“Rem” Zizah memanggilku saat jam istirahat
“Apa Zi?” .... Jawabku sambil menghampiri sahabatku itu.
“Ada sesuatu penting” katanya dengan wajah yang serius
“Ada apa?” jawabku penasaran
Saat itu tiba-tiba aku merasa perasaanku tidak enak
“Amrul Rem...” kata-kata Zizah terhenti
“Amrul kenapa?”
“Amrul itu cuma memainkan kamu”
Deg.... dadaku sesak sekali rasanya. Tiba-tiba mataku merasa panas dan tanpa kusadari butir-butir air mataku jatuh begitu saja.
“Kamu kata siapa Zie? Jangan ngarang”
“Inee Rema, ga penting kata siapa. Masa kamu gak percaya sama aku si?”
Aku tetap terdiam.
“Rem, asal kamu tau. Masa Amrul mengirim pesan ke mantanya di FB dengan sebutan “Bunda”. Terus ternyata mereka sering chattingan”.
“terus apa tujuan dia mainin aku?” kataku sambil terisak.
“sabar Rem sabar. Yang namanya cowok emang gitu. Ya.......paling-paling tujuanya buat punya-punya lo, udahlah Rem gak penting nangisin orang bejad kaya diya”
“Tapi aku sayang banget sama dia Zie”
“Iya aku tahu, tapi aku udah baca dengan mata kepalaku sendiri obrolanya dia sama mantanya di FB”.
“Zie, padahal dia udah pernah bilang kalau dia sebel sama mantanya itu, tapi kenapa dia gitu”
“Udah Rem sabar-sabar.”
Hatiku makin pedih rasanya. Mungkin ini adalah titik akhir dari kesabaranku, kenapa Amrul menghianatiku??. Dia pernah bilang bahwa dia akan selalu mencintaiku? Namun apa yang dia lakukan?? Setega inikah dia??
Inikah balasanya atas cintaku yang begitu tulus padanya??
Aku terdiam duduk di samping Amrul sementara mereka dia asyik bermain facebook.
“ka kamu diam aja si??” tanya tiba-tiba.
Aku tetap terdiam memikirkan sesuatu. Tekadku sudah bulat kalau aku akan memutuskan dia. Bagaimana mungkin aku menjalin hubungan dengan orang yang telah menyakiti perasaanku, menghianatiku, dan tidak mencintaiku. Sebenarnya berat hatiku melepaskanya, namun serasa aku sudah tidak sanggup lagi untuk meneruskan hubungan yang menyakitkan ini.
Otaku terus berfikir untuk menemukan kata yang paling tepat untuk aku mengatakan kata “putus” denganya, namun aku tak sanggup untuk mengatakanya. Aku tak ingin menangis didepanya.
“Loe kenapa si?” Tanyanya lagi
“Nggak papa”
Setelah beberapa lama kami duduk dibawah serimbunan pohon, ku putuskan untuk pulang.
Letih hati ini memikirkanmu. Sungguh tak ku sangka kau akan sekejam itu padaku. Ternyata cintamu palsu karena hatimu untuknya.
Mengapa ku selalu tak pernah benar dimata indahmu?
Mengapa ucapanku selalu salah di tutur lembutmu??
Aku tertipu kediamanmu, yang ku anggap semuanya baik-baik saja, ku tak menyangka di belakangku kau tigakan cintaku yang hanya kepadamu.... apa yang membuatmu tak pernah mengungkap isi hatimu?? Andaikan engkau tau betapa hatiku mencintaimu..... Aku tertipu kediamanmu, yng ku anggap semuanya baik-baik saja, ku tak menyangka di belakangku kau tigakan cintaku yang hanya kepadamu...satu untukmu ....
Setelah selesai belajar, ku raih ponsel. Ada beberapa pesan masuk, tak ku hiraukan, setelah berulang kali aku berfikir, ku putuskan untuk menulis pesan untuk Amrul.
“Aku mau bilang ?”
Sent...
“Apa?”
“Mungkin hubungan kita cukup sampai disini. Makasih udah nyakitin aku, makasih udah baik sama aku, maaf kalau aku ada salah”.
Sent ....
“kalo itu emang udah jadi keputusan kamu, ku akan terima kok”
Ku menangis melepaskan kepergian dirimu dari sisi hidupku, harus selalu kau tau akulah hati yang telah kau sakiti...air mata mengalir deras setelah ku sadari bahwa mulai kini 1 September 2012 dia bukan miliku lagi. Secepat inikah kisahku berlalu? Penantianku yang teramat sangat panjang untuk perjumpaan yang singkat dan mengukir berjuta-juta kepedihan.
Kini aku coba buka lembaran baru, namun tidak dengan cinta yang baru. Bagaimana ku terbang tuk mencari cinta yang lain, sedangkan sayap-sayap ini telah patah karenamu. Aku tetap menjaga cinta ini walau kau telah menepisnya jauh dari hatimu. Meski terluka ku coba terima. Pesan-pesan indah darimu, kata-kata manis dan puisi-puisi cinta yang kau beri akan selalu ku kenang dan aku abadikan. Selamat tinggal cintaku yang menyakitkan . aku akan selalu mencintaimu.
Setelah ku pahami...
Ku bukan yang terbaik yang ada di hatimu..
Maka maafkanlah bila ku menjadi bisu..
Mungkin ku tak bisa memahami, tak mengerti kamu,..
Dan ternyata dirinyalah yang ada di hatimu..
Bukan diriku...
Walau ku masih mencintaimu..
Ku harus melepaskanmu..
Ku harus meninggalkanmu..
Meski hatiku menyayangimu
Nurani membutuhkanmu..
Ku harus merelakanmu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar